kpl

kpl

PERADABAN DAN PERLAWANAN MELAYU




Dalam berbagai penjelasan sejarah telah disebutkan bahwa ketika berakhirnya kejayaan kerajaan sriwiaya, muncullah kerajaan-kerajaan melayu yang berdiri sendiri. Sedikit berbicara mengenai kerajaan sriwijaya yang merupakan kerajaan melayu dengan masih memeluk agama budha. Dimana prasasti pertama yang memuat nama sriwijaya ialah prasasti kedukan bukit di pinggir sungai tatang dipalembang. Prasasti itu berangka tahun 605 Caka bersamaan dengan tahun 683 M. Aksara yang digunakan ialah aksara pallawa, sedangkan bahasanya ialah bahasa melayu kuno. Namun sebelum tahun 683 M tersebut, nama Sriwijaya suda disebut dalam berita cina. 


Yang mana sebelum tahun 683 M, sriwijaya telah mengirimkan delegasi dagang atau duta kenegeri cina tepatnya pada tahun 670 M dan delegasi berikutnya berdatangan sampai tahun 673 M. Ditambah lagi dengan berita yang dibawa oleh I-tsing, seorang musafir bangsa cina yang sampai dan menetap selam enam bulan di Fo-Che, yaitu sriwijaya untuk belajar tatabahasa sansekerta. Dan dikabarkannya bahwa disriwijaya terdapat lebih dari seribu bhiksu yang salah satunya ialah guru dari tujuh guru terbesar didalam ajaran Budha, yaitu Cakyakirti. Dari hal tersebut kita dapat mengambil kesimpulan bahwa pengiriman delegasi, ataupun ketersediaan pemikir dan ahli agama tersebut menandakan bahwa sriwijaya adalah sebuah kerajaan yang besar dan tidak berada dibawah kerajaan yang lain.

Seiring kemajuan yang dicapai oleh sriwijaya, berujung juga pada abad XIII dimana akhirnya sriwijaya mengalami keruntuhan karena didesak oleh tiga kekuatan, pertama dari orang-orang siam, dari dalam kerajaan sendiri, dan ketiga yaitu dari singosari dan majapahit. 

“patah tumbuh hilang berganti” demikianlah pepatah orang melayu. Walaupun sriwijaya telah runtuh namun setelah itu tumbuh dan berdiri kerajaan-kerajaan melayu yang berlokasi disekitar selat Melaka (daerah riau saat ini). Seperti pepatah yang telah lama dijiwai oleh orang melayu tersebut, bahwa “melayu” tidak akan hilang begitu saja dimuka bumi ini. Sehingga muncullah kerajaan-kerajaan melayu yang berdiri sendiri seperti Kerajaan bintan, tumasik, kuantan, kesultanan Melaka, Riau lingga, Siak, dll.

Disamping kemampuan membentuk sebuah peradaban tersebut, harus kita pelajari juga semangat juang yang dimiliki oleh orang-orang melayu pada masa lampau. Khususnya semangat perlawanan yang ditunjukkan terhadap masuknya peradaban barat kenusantara. Ketika paus alexandre ke VI memerintahkan kepada portugis dan spanyol untuk mengatur dunia diluar eropa atas dasar Bull Intercaetra tanggal 04 mei 1493 , kemudian dikuatkan oleh perjanjian tordesilas tanggal 07 juni 1494 dan perjanjian saragosa tanggal 22 April 1529. Hingga mereka sampai dan berhasil menduduki daerah pemerintahan raja-raja melayu mulai dari tahun 1511 sampai tahun 1641. Namun, sekalipun portugis berhasil menduduki Melaka sampai tahun 1641 tapi pada hakekatnya mereka tidak berhasil menguasai daerah-daerah kemaharajaan melayu. 

Hal ini dikarenakan kuatnya penolakan dan upaya perlawanan yang dilakukan orang-orang melayu terhadap kedatangan portugis. Pada tahun 1513, orang-orang yang tinggal dimelaka mulai menyerang pos-pos portugis, bersamaan dengan itu laksamana hang nadim bergerak membawa 34 perahu dalam peperangan melawan portugis itu dan dari arah selatan bantuan datang dari dari jawa dan Palembang dengan gabungan jumlah kapal sejumlah 100 buah. Dalam perang yang dahsyat itu, Armada-armada melayu dan jawa mengalami tekanan karena dihantam oleh meriam-meriam dan senjata portugis yang lebih unggul hingga gagallah rencana besar melayu dan jawa itu.

Walau awalnya mengalami kekalahan, laksamana hang nadim yang memimpin pasukan perang tidak pernah padam semangatnya dalam menghalau portugis, hingga pada 1535 konvoii serdadu portugis berhasil dikalahkan dan menyebabkan tewasnya paolo da gama yang merupakan saudara gubernur melaka. walau mengalami beberapa kegagalan dan beberapa kemenangan, yang jelas ini membuktikan kepada kita bahwa telah lama ada semangat perlawanan yang dimiliki oleh orang melayu terhadap kaum-kaum pendatang yang merusak dan mengambil alih kuasa ditanah melayu.

Dan perlawanan dari kerajaan berikutnya muncul dari kerajaan siak pada tahun 1752 dimasa pemerintahan sultan abdul jalil muzafar syah. Perlawanan ini ialah perlawanan terhadap belanda dikarenakan telah memaksa setiap masyarakat siak untuk membayar pajak berupa pancung alas dan tapak lawang dengan peraturan yang dibuatnya sendiri. Dan hal ini membuat sultan marah dikarenakan belanda telah melanggar kedaulatan kerajaan siak. Hingga diutuslah datuk laksamana untuk berunding dengan pihak belanda, tapi perundingan ini tidak memiliki hasil yang diinginkan oleh sultan hingga diperintahkanlah kepada indra pahlawan untuk memimpin pasukan penggempur dengan kapal penjelajah bernama harimau buas dan pasukan inti dipimpin oleh panglima besar tengku Muhammad ali dengan kapal penjelajahnya bernama jembalang guntung.

Demikianlah akhirnya pada tahun 1752 itu terjadi perang hebat diguntung yang berlangsung selama satu bulan. Dan kemudian pada 1760 siak melancarkan serangan kembali terhadap pihak belanda. Inilah salah satu bentuk kemenangan dan perlawanan terbesar kerajaan melayu siak terhadap penjajahan belanda yang berupaya mengganggu ketentraman masyarakat siak.

Kemudian ada lagi peperangan terhadap belanda yang dilakukan oleh raja haji, yang mana peperangan tersebut paling kurang selama dua babak. Yang pertama dimulai pada 18 Juni 1783 ketika kapal perang belanda dibawah komando togar abo melanggar riau dengan pernyataan perang. Pangliman haji dari riau menjawab pernyataan itu pada 21 Juni dan kemudian pada 25 Juni laskar riau dibawah komando raja haji menyerang kapal belanda yang punya kekuatan 1.500 personil. Dan kemudian perang babak kedua dilanjutkan pada 13 februari 1784, pasukan raja haji mendarat diteluk ketapang untuk menyerang belanda yang sedang menduduki Melaka. Belanda mempertahankan Melaka dengan 6 kapal perang, 326 meriam dan 2.130 personil. Hingga akhirnya sampai pada 18 Juni dan terjadilah perang habis-habisan yang menyebabkan raja haji selaku panglima perang tewas dimedan jihad.

Sementara saat ini banyak orang yang memandang enteng terhadap kemampuan puak-puak dari wilayah kerajaan-kerajaan melayu tersebut. khususnya diriau, padahal jika ditarik dari perjalanan sejarahnya wilayah dan tanah melayu pernah memiliki sebuah kejayaan yang gemilang dimasa lampau. Dengan kondisi ini seharusnya tidak menghanyutkan dan tidak membuai masyarakat melayu terkhusus pada pemuda melayu itu sendiri, sebaliknya hal ini diharapkan dapat menjadi motivasi bagi pemuda-pemuda melayu itu sendiri untuk membuktikan dan mewujudkan kembali kegemilangan yang pernah dicapai. 
 
Ketika berbicara mengenai semangat juang melayu, kita dapat melihat sungguhpun pernah mengalami beberapa kekalahan secara fisik, namun harus diakui kerajaan-kerajaan dan pejuang melayu telah membuktikan dan bertarung secara jantan melawan penjajahan dan penindasan.

Dan saat ini dipandang perlu untuk kembali membuat penyadaran kepada kaum muda melayu untuk bersatu padu kembali dan bersama-sama membangun kualitasnya demi memperbaiki kondisi yang terjadi ditengah-tengah masyarakat melayu saat ini, dan dari persatuan yang terbangun tersebutlah yang akan memunculkan perlawanan-perlawanan terhadap segala macam bentuk penindasan yang dialami oleh masyarakat melayu.
Share this article :
 

Posting Komentar

 
Copyright © 2013. CMM Riau - All Rights Reserved
Proudly powered by Blogger